Wednesday, October 24, 2012

Pengaruh tata bahasa Inggris


English learning Beberapa waktu yang lalu, Dr. Timothy Hassall, pengajar bahasa Indonesia di Universitas Nasional Australia, Canberra, menulis suatu artikel berjudul English is Changing The Grammar Of Indonesian di situs Bahasa Kita. Artikel dalam bahasa Inggris ini menjabarkan beberapa contoh perubahan dalam tata bahasa Indonesia yang timbul karena pengaruh bahasa Inggris: (1) kata kerja di awal kalimat, (2) kata “adalah” dan “suatu/seorang”, (3) struktur aktif pada klausa objek, (4) bentuk jamak, dan (5) kata ganti orang ketiga untuk objek.
Saya mencoba menyarikan pokok-pokok pikirannya di dalam tulisan ini dengan menambah satu kasus tambahan, yaitu penggunaan “di mana”. Setiap kasus akan diawali dengan serangkai contoh yang diberi kode A (struktur bahasa Inggris), B (terjemahan bahasa Indonesia yang terpengaruh bahasa Inggris), dan C (terjemahan bahasa Indonesia yang lazim).

Kasus 1: Kata kerja di awal kalimat

1.A: Talking in front of journalists yesterday, he explained …
1.B: Berbicara di depan wartawan kemarin, ia menjelaskan …
1.C: Ia berbicara di depan wartawan dan menjelaskan …
Struktur kalimat bahasa Indonesia biasanya mengikuti pola SPOK (subjek-predikat-objek-keterangan). Kata kerja berfungsi sebagai predikat yang menerangkan dan diletakkan setelah subjek. Pengaruh struktur kalimat majemuk bahasa Inggris seperti kalimat 1.A di atas membuat belakangan banyak ditemui kalimat bahasa Indonesia seperti kalimat 1.B, alih-alih struktur galib seperti kalimat 1.C.

Kasus 2: Kata “adalah” dan “suatu/seorang”

2.A: I am a typist at …
2.B: Saya adalah seorang juru ketik di …
2.C: Saya juru ketik di …
Tata bahasa Inggris mengharuskan penggunaan kopula seperti dalam kalimat 2.A. Kalimat ini sering diterjemahkan menjadi kalimat 2.B, padahal kalimat 2.C sudah memenuhi kaidah minimum S-P dalam tata bahasa Indonesia. Kata “adalah” (dari is) dan “seorang” (dari a) dalam kalimat tersebut sebenarnya tidak diperlukan.

Kasus 3: Klausa objek

3.A: A song which I once heard.
3.B: Lagu yang saya pernah dengar.
3.C: Lagu yang pernah saya dengar.
Kalimat seperti kalimat 3.B sering digunakan sebagai terjemahan dari kalimat 3.A karena mengikuti persis struktur teks sumber. Dalam tata bahasa Indonesia, bentuk kalimat 3.C sebenarnya lebih sesuai. Perhatikan proses pembalikan urutan kata keterangan dan kata benda pelaku pada klausa objek dalam contoh tersebut.

Kasus 4: Bentuk jamak

4.A: many countries
4.B: banyak negara-negara
4.C: banyak negara
Bahasa Inggris menandai kata benda sebagai plural jika merujuk lebih dari satu. Biasanya ini dilakukan dengan menambahkan “-s” di akhir kata dasar. Bahasa Indonesia tidak menggunakan penandaan seperti ini, melainkan menggunakan kata tambahan (seperti banyak, beberapa, ratusan ribu, para, dll.) atau kata ulang untuk memberi makna jamak.
Pengaruh bahasa Inggris membuat orang mengubah semua bentuk plural bahasa Inggris menjadi kata ulang bahasa Indonesia sambil tetap menggunakan kata penanda jamak. Pada contoh di atas terlihat bahwa bentuk 4.A diterjemahkan menjadi 4.B, padahal bentuk 4.C sudah cukup.

Kasus 5: Kata ganti orang ketiga

5.A: Now its name is the Pusat Bahasa. It doesn’t only …
5.B: Kini namanya Pusat Bahasa. Dia tidak hanya …
5.C: Kini namanya Pusat Bahasa. Lembaga itu tidak hanya …
Dalam bahasa Inggris, “it” seperti pada nomor 5.A digunakan sebagai kata ganti objek selain manusia. Bahasa Indonesia tidak memiliki pengganti sepadan karena “dia” dan “ia” hanya digunakan untuk manusia (5.B). Harus dicari suatu cara lain untuk menyampaikan makna “it” seperti yang tampak pada nomor 5.C.
Jika melihat entri kata “ia” pada KBBI, makna keduanya adalah “benda yang dibicarakan.” Jadi sebenarnya, struktur 5.B dapat saja digunakan dengan mengganti kata “dia” dengan “ia”.

Kasus 6: “Di mana” sebagai kata sambung

6.A: In the country where they work …
6.B: Pada negara di mana mereka bekerja …
6.C: Pada negara tempat mereka bekerja …
Pembahasan tentang hal ini sudah pernah saya tuliskan. “Di mana” digunakan sebagai padanan kata sambung “where”. Bahasa Indonesia tidak mengenal fungsi “di mana” sebagai konjungsi. Sebagai penggantinya, dapat digunakan kata tempat, sebagai, yang, dan, dengan, atau kata lain tergantung pada konteks kalimatnya. Dalam beberapa kasus, di mana bahkan dapat dihilangkan dari kalimat.

Penutup

Dr. Hassall beranggapan bahwa membanjirnya penerjemahan naskah seperti berita dan buku menjadi salah satu penyebab timbulnya berbagai kasus tersebut. Penerjemah yang tidak berhati-hati dan kurang pengetahuan tata bahasa Indonesianya akan lebih memilih menyesuaikan terjemahan dengan struktur bahasa sumber meskipun ternyata kurang sesuai dengan struktur bahasa sasaran.
Bahasa memang dinamis dan bisa berubah sesuai dengan konsensus para penggunanya. Tapi jika sudah ada aturannya, jangan pula dipaksa harus diubah hanya karena belum paham aturan tersebut. Belajarlah tata bahasa kita sendiri.
Sumber ilustrasi gambar: fedeshk.wordpress.com.

No comments:

Post a Comment